Minggu, 30 September 2018

DUNIA YANG NISBI


DUNIA YANG NISBI
Nasehat al-Imam al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir ra.
Perasaan senang, bahagia, tentram, puas, dan lapang dada ternyata tidak timbul sebab keinginan manusia itu sendiri. Begitu juga sebaliknya rasa sedih, kesibukan, dangundah gulana tidak timbul karena kontradiksi harapan dan kenyataan. Segala rasa itu adalah kesan maknawi yang ‘dialirkan’ oleh Allah SWT kedalam lubuk hati hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Tidak jarang, seseorang yang hidup dalam kemiskinan, cacat fisik, dan segala hal lainnya yang menyusahkan, namun  nyatanya ia tetap bisa menghirup perasaan legawa, sejahtera, serta bahagia. Rasa hati yang positif itu bisa menjalar ke teman-teman dekatnya, bahkan kepada orang yang memandang wajahnya.
Banyak pula orang yang hidup dalam kemewahan materi, keperkasaan raga, jaminan masa depan dan kenyamanan, tapi dengan segenap fasilitas itu ia tak meraaakan damai. Hatinya sempit, keruh, susah, sumpek, dan penuh gelisah. Siapa saja yang membicarakan orang semacam ini bakal merasakan suntuk, apalagi memandanganya atau berkumpul bersamanya.
Begitulah Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir ‘membaca’ gelagat manusia dalam kehidupannya. Senguh tepat kiranya. Manusia memang sering terperdaya, mereka senatiasa menyangka bahwa kebahagiaan hanya bisa diraih dengan materi duniawi. Kekayaan pun mereka kejar-kejar setengah mati dan begitu mereka dapat, ternyata semua itu hampa, kosong, tak ada apa-apanya.
Dunia ini tak ada bedanya dengan ‘dajjal.’ Cukup sebuah hadits Nabi Muhammad saw mengenalkan sosok dajjal kepada kita: ‘Ia (dajjal) datng dengan membawa surga dan nerakanya sendiri. Surga versi dajjal yang disaksikan orang-orang, pada hakekatnya adalah neraka yang membakar. Sedangkan neraka milik dajjal yang terlihat oleh mata, ternyata itulah embun surga yang menyegarkan.’ Dunia pun seirama.
Ketahuilah, bahwa dunia mengusung surga dan neraka. Tidak sedikit, surga yang dihidangkan oleh dunia ternyata menyimpan adzab, yaitu adzab di dunia dan adzab di akhirat. Sementara itu, berapa banyak neraka dunia yang dirasakan oleh manusia ternyata memendam sejuta nikmat, yaitu nikmat di dunia dan nikmat di akhirat.
Manakala kita menyaksikan seseorang dikaruniai anak yang banyak, limpahan harta benda, pakaian-pakaian yang megah, rumah dan kendaraan mewah, makan dan minumam lezat, istri nan jelita, kebun-kebun serta tanah-tanah yang lapang, jabatan tinggi, banyak pengikut dan popularitas, kita pasti membayangkan bahwa ia telah berada di puncak kenikmatan dan kepuasan
Akan tetapi, apabila kita mau merenungkan lebih jauh, kita tersadar sejatinya ia berada di pusaran keletihan dan kepayahan, ia terkurung di dalam arus kesumpekan dan jurang fitnah serta marabahaya. Betapa tidak, jikalau kita kaji lagi, segenap kesusahan, keresahan dan dosa ternyata berpangkal dari kenikmatan-kenikmatan tersebut. Surga yang semu itu pun menjelma menjadi neraka.
Coba kita amati orang yang hidupnya pas-pasan dan merasa cukup dengan semua itu, yang jalan hidupnya zuhud, pakaian dan rumah tinggalnya sederhana, tak memiliki harta berlimpah, bukan tuan tanah, khumul dan tak dihiraukan orang banyak, serta menyepi dari keramaian, niscaya akan terbit rasa iba di hati kita akan keadaannya.
Kita bakal menyangka bahwa orang seperti ini senantiasa digelayuti kesedihan. Kita takkan pernah tahu bahwa hati orang macam inilah yang sebenarnya jauh lebih bahagia dan damai dari orang model pertama tadi.
Itu masih di dalam tataran dunia, sedangkan di akhirat kelak, manusia yang tidak memiliki apa-apa akan mendapatkan keselamatan dan kesuksesan lebih besar daripada si kaya raya. Dari sini kita bisa menyimpulkan, tidak sedikit bahwa neraka dunia sebenarmya adalah surga. Memang, tidak ada kata enak dalam kehidupan di dunia. Akan tetapi apabila kita melihat kedua macam orang diatas, maka kita bisa menyaksikan perbedaan yang nyata.
Itulah kenisbian dunia yang dipaparkan oleh al-Imam al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir ra. Semoga mata kita terbuka hingga bisa lebih bijak lagi dalam menyikapi hidup. Apabila dikaruniai rezeki lebih, mungkin kita bisa berbadi dan apabila diberi cobaan kesulitan hidup, maka kita mampu bersikap kuat dan bersabar.

Sumber : Sebuah Nasehat Dari Bumi Para Wali, Abdul Qadir Umar Mauladdawilah

BURDAH MADIHIL MUBARAKAH

MARI KITA BACA MAULID BURDAH...!!!