THARIQAH
YANG DAMAI
Thariqoh Alawiyah adalah sebuah
metode, sistem atau cara yang digunakan oleh para Bani Alawi dalam
perjalanannya menuju Allah ‘Azza wa Jalla. Thariqah ini menjadi semakin
istiwema karena diwarisi dari leluhurnya yang tiada lain adalah anak cucu Nabi
Muhammad saw. Thariqah Alawiyah ini dicetuskan pertama kalinya oleh al-Imam
al-Faqih al-Muqaddah Muhammad bin Ali Ba’alawi yang ditandai dengan
berkembangnya tasawuf di Hadhramaut.

Thariqah ini juga disebut sebagai
Ahlussunah Wal Jama’ah. Ahl berarti keluarga, golongan atau mengikut. As-Sunnah
yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Al-Jama’ah yaitu
apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah saw pada masa
al-Khulafa’ ar-Rasyidun (Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib rhm). Jadi Ahlussunah Wal Jama’ah
merupakan ajaran yang mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Thariqah alawiyah adalah thariqah
pemersatu umat Islam secara keseluruhan. Thariqah ini tidal pernah mengenal
permusuhan, tidak menyebarkan kedengkian, tidak mengajarkan kebencian, tidak
membalas cacian dengan cacian, melainkan sebagai penyebar rahmat bagi seluruh
alam (rahmatan lil ‘alamin).
Disebutkan dalam sebuah riwayat,
bahwa suatu waktu al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib berjalan bersama
putranya, tiba-tiba mereka dihadang oleh seseorang, lalu orang yang tersebut
mencaci-maki Sayyidina Hasan behkan mencaci ayah dan ibunya (Sayyidina Ali bin Abi
Tahalib dan Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra). Putera Sayyidina Hasan tidak tahan
terhadap makian tersebut dan menegur ayahnya: ‘Wahai ayahku, kenapa engkau
tidak membalas makian orang tersebut? Sedangkan engkau memiliki hak umtuk
membalas makian orang tersebut wahai ayah.’
Maka sang ayah memandang kepada
anaknya dan berkata menasihatinya: ‘Wahai anakku, sejak kapan engkau pernah
mendapati ayahmu atau kakekmu menjadi seorang pencaci?’
Dalam sebuat riwayat, Rasulullah
saw pernah hadir dalam suatu peperangan dimana orang musyrikin banyak membantai
kaum muslimin. Pada saat itu, salah seorang sahabat berkata kepada beliau saw: ‘Ya
Rasulullah, laknatlah mereka orang-orang musyrikin karena telah membantai
saudara-saudara kita.’
Dengan bijaknya, Rasullah saw
menjawab: ‘Aku diutus oleh Allah SWT bukan sebagai pencaci ataupun pelaknat,
sesungguhnya aku diutus oleh Allah SWT sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta
ini (rahmatan lil ‘alamin).
Demikianlah apabila seseorang
mengenal, mempelajari dan menjalani thariqah ini dengan benar, maka menyebabkan
orang untuk saling memaafkan dan berbuat baik, sehingga menumbuhkan persatuan
dan kesatuan dikalangan kaum muslimin. Wallahua’lam…
Sumber: 17 Habiab Berpengaruh di Indonesia, Abdul Qadir Umar Mauladdawilah