Minggu, 30 September 2018

THARIQAH YANG DAMAI


THARIQAH YANG DAMAI
            Thariqoh Alawiyah adalah sebuah metode, sistem atau cara yang digunakan oleh para Bani Alawi dalam perjalanannya menuju Allah ‘Azza wa Jalla. Thariqah ini menjadi semakin istiwema karena diwarisi dari leluhurnya yang tiada lain adalah anak cucu Nabi Muhammad saw. Thariqah Alawiyah ini dicetuskan pertama kalinya oleh al-Imam al-Faqih al-Muqaddah Muhammad bin Ali Ba’alawi yang ditandai dengan berkembangnya tasawuf di Hadhramaut.
            Thariqah Alawiyah sebagai peneladanan yang sempurna terhadap Rasullah saw, keluarga serta para sahabat beliau saw dengan sebenar-benarnya peneladanan. Dalam hal ini, al-‘Allamah al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad ra, yang merupakan seorang tokoh alawi pada abad 17 M menjelaskan secara singkat tentang Thariqah Alawiyah dalam nasehatnya: ‘Lazimkanlah selalu Kitabullah (al-Qur’an) dan ikutilah sunnah Rasulullah saw serta teladanilah para salaf, niscaya Allah SWT akan memberimu hidayah-Nya.’
            Thariqah ini juga disebut sebagai Ahlussunah Wal Jama’ah. Ahl berarti keluarga, golongan atau mengikut. As-Sunnah yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Al-Jama’ah yaitu apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah saw pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidun (Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib rhm). Jadi Ahlussunah Wal Jama’ah merupakan ajaran yang mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
            Thariqah alawiyah adalah thariqah pemersatu umat Islam secara keseluruhan. Thariqah ini tidal pernah mengenal permusuhan, tidak menyebarkan kedengkian, tidak mengajarkan kebencian, tidak membalas cacian dengan cacian, melainkan sebagai penyebar rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
            Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa suatu waktu al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib berjalan bersama putranya, tiba-tiba mereka dihadang oleh seseorang, lalu orang yang tersebut mencaci-maki Sayyidina Hasan behkan mencaci ayah dan ibunya (Sayyidina Ali bin Abi Tahalib dan Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra). Putera Sayyidina Hasan tidak tahan terhadap makian tersebut dan menegur ayahnya: ‘Wahai ayahku, kenapa engkau tidak membalas makian orang tersebut? Sedangkan engkau memiliki hak umtuk membalas makian orang tersebut wahai ayah.’
            Maka sang ayah memandang kepada anaknya dan berkata menasihatinya: ‘Wahai anakku, sejak kapan engkau pernah mendapati ayahmu atau kakekmu menjadi seorang pencaci?’
            Dalam sebuat riwayat, Rasulullah saw pernah hadir dalam suatu peperangan dimana orang musyrikin banyak membantai kaum muslimin. Pada saat itu, salah seorang sahabat berkata kepada beliau saw: ‘Ya Rasulullah, laknatlah mereka orang-orang musyrikin karena telah membantai saudara-saudara kita.’
            Dengan bijaknya, Rasullah saw menjawab: ‘Aku diutus oleh Allah SWT bukan sebagai pencaci ataupun pelaknat, sesungguhnya aku diutus oleh Allah SWT sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta ini (rahmatan lil ‘alamin).
            Demikianlah apabila seseorang mengenal, mempelajari dan menjalani thariqah ini dengan benar, maka menyebabkan orang untuk saling memaafkan dan berbuat baik, sehingga menumbuhkan persatuan dan kesatuan dikalangan kaum muslimin. Wallahua’lam…



Sumber: 17 Habiab Berpengaruh di Indonesia, Abdul Qadir Umar Mauladdawilah

BURDAH MADIHIL MUBARAKAH

MARI KITA BACA MAULID BURDAH...!!!